Rabu, 11 Juni 2008

Bio Ethanol Alternatif BBM

INVESTOR DAN BIOETHANOL PRODUCTION


ABSTRAK

Pemerintah dan rakyat seolah buta bahwa ada banyak sumber energi selain bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. Bahan bakar yang tak bisa diperbarui itu sudah mengikat masyarakat sedemikian eratnya sehingga terus dicari dan diburu kendati harganya selalu melambung tinggi. Rasanya sudah jemu para pemerhati lingkungan dan ilmuwan mengingatkan bahwa bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tak bisa diperbarui, juga tidak ramah lingkungan. Selain terancam punah, bahan bakar jenis ini dikenal pemicu polusi udara nomor satu. BBM yang dipakai kendaraan bermotor saat ini menghasilkan zat beracun seperti CO2, CO, HC, NOX, SPM dan debu. Kesemuanya menyebabkan gangguan pernapasan, kanker, bahkan pula kemandulan.

Pemerintah harus memberi perhatian khusus pada pengembangan sumber energi bahan bakar alternative ramah lingkungan. Bahan bakar macam inilah yang kita kenal dengan sebutan bioetanol. Indonesia berpotensi sebagian produsen bioetanol terbesar di dunia. Menurut Dr. Ir. Arif Yudiarto, periset di Balai Besar Teknologi Pati. Ada 3 kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak, malapari, dan nyamplung), bergula (tetes tebu atau molase, nira aren, nira tebu nira surgum manis) dan serat selulosa (batang sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan bagas).”seluruh bahan baku itu semuanya ada di Indonesia. Bahan yang mengandung pati, glukosa, dan serat selulosa ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Baru segelintir produsen Indonesia mencetak keuntungan dari proses nilai tambah bioethanol ini, padahal banyak perusahaan seperti PERTAMINA, pabrik kosmetik, parfum, farmasi, dll. sangat membutuhkan dan siap menampung dalam jumlah berapapun produk bioethanol ini, jadi potensi kedepan sangat “menjanjikan dan tidak akan pernah mati”. Pada proposal ini menerangkan visi dan misi perusahaan, konsep produksi, perencanaan pemasaran dan keuangan, , serta strategi bisnis menjalankan agrobisnis ini.

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 LATAR BELAKANG

Dengan harga premium yang semakin tinggi yang diakibatkan menipisnya minyak bumi dunia, ketika harga minyak dunia US$ 60 perbarel pemerintah Indonesia pasti harus menaggung beban subsidi Rp 90 triliun/tahun. David j. o. Relly, CEO chevron International seperti dikutip Herald Tribune, memperkirakan satu triliun barel cadangan minyak bumi dunia akan habis dalam waktu 30 tahun. Disamping itu, konsumsi minyak bumi yang terus melonjak turut memicu pemanasan global. Solusinya ? Bioetanol salah satu alternatif jawabannya. Seiring dengan issu menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan seluruh bahan baku yang melimpah di Indonesia. Peluang bioetanol sebagai bahan bakar alternatif dimasa mendatang bakal menanjak. Itulah sebabnya peluang usaha bioetanol di tanah air semakin terbuka. Dengan begitu bioetanol tidak hanya menyelamatkan tanah air dari krisis bahan bakar minyak tapi juga dari krisis ekonomi.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Dengan melihat peluang yang ada dalam pasaran dunia, bahan baku yang berlimpah, dan posisi Indonesia yang strategis sebagai jalur transportasi internasional sehingga banyak reseller dan relation antar perusahaan baik asing maupun lokal yang siap menampung hasil produksi ini. Perlu diketahui, Kami mahasiswa semester akhir Teknik Mesin ITS mampu memproduksi bioethanol dengan teknologi terbaru dan telah memasarkannya dalam skala kecil. Kami berkeinginan mengembangkannya dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya, tetapi Kami mengalami kendala yaitu dana. Maka dengan proposal ini, Kami bertujuan menjalin kerja sama dengan investor agar proses produksi bioethanol ini dapat berlangsung.

I.3 VISI DAN MISI

VISI

Menciptakan sebuah perusahaan yang integritas, komunikatif, winning goal point, positive dan learning attitude sesuai dengan standart ISO.

MISI

I. Menjalin kerjasama dibidang Agrobisnis.

II. Membuat perencanaan dan strategi bisnis yang efektif untuk memperkecil resiko bisnis dan keuangan dan kendala perusahaan.

III. Membuat struktur manajemen, organisasi, serta SDM yang berkualitas dan sistem yang terorganisir.

IV. Membangun dan menciptakan sebuah branding sistem.

BAB II

KONSEP PRODUKSI

Pada proposal ini akan diketahui tentang konsep produksi yang kami hasilkan, dimana nantinya Kami tawarkan hubungan kerjasama kedua-belah pihak. Baik pengelola & investor dalam proses produksi ini, produk yang dihasilkan adalah Bioetanol

Dalam memenuhi standart yang ada di pasaran maka Kami mengutamakan kualitas dalam menjalankan proses produksi, baik dari bahan baku, mesin, manajemen, organisasi, sistem pemasaran, dan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

1. PENDAHULUAN

Sebagai bangsa yang besar dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa, Indonesia menghadapi masalah energi yang cukup mendasar. Sumber energi yang tidak terbarukan (non-renewable) tingkat ketersediaannya semakin berkurang. Sebagai contoh, produksi minyak bumi Indonesia yang telah mencapai puncaknya pada tahun 1977 yaitu sebesar 1.7 juta barel per hari terus menurun hingga tinggal 1.125 juta barel per hari tahun 2004. Di sisi lain konsumsi minyak bumi terus meningkat dan tercatat 0.95 juta barel per hari tahun 2000, menjadi 1.05 juta barel per hari tahun 2003 dan sedikit menurun menjadi 1.04 juta barel per hari tahun 2004 (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Minyak Bumi di Indonesia

Tahun

Produksi (juta barel/hari)

Konsumsi (juta barel/hari)

2000

1.4

0.9446

2001

1.3

0.9632

2002

1.2

0.9959

2003

1.1

1.0516

2004

1.125

1.0362

Sumber: Media Indonesia, 8 September 2004 dan Kompas, 27 Mei 2004

Petunjuk pelaksanaan pengembangan energi alternatif secara detail sudah diatur dalam dokumen Pengelolaan Energi Nasional (PEN). Didalamnya disebutkan mengenai rencana (roadmap) pengembangan seluruh jenis energi alternatif. Dalam waktu dekat, pemerintah juga akan menerbitkan Inpres tentang biofuel (biodisel dan bioetanol) yang akan merinci intensif bagi pengembangan biofuel, termasuk instruksi kepada menteri-menteri untuk menindaklanjuti di departemen masing-masing.
Dengan diterbitkannya tujuh izin investasi pembangunan pabrik energi alternatif (biodiesel dan bioetanol) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada pertengahan tahun 2005 yang lalu, memperkuat indikasi bahwa peluang bisnis di bidang bioenergi (bioetanol) dan pengembangan perkebunan energi menjadi sesuatu yang prospektif di masa depan.

v Bioetanol

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan, dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. DiIndonesia, minyak bioethanol sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di negara ini dan sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol adalah tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti: tebu, nira, sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol jagung, dan kayu.

Banyaknya variasi tumbuhan yang tersedia memungkinkan kita lebih leluasa memilih jenis yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada. Sebagai contoh ubi kayu dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur waktu panennya. Namun kadar patinya yang hanya 30 persen, masih lebih rendah dibandingkan dengan jagung (70 persen) dan tebu (55 persen) sehingga bioetanol yang dihasilkan jumlahnya pun lebih sedikit.

Biaya produksi bioetanol tergolong murah karena sumber bahan bakunya merupakan limbah pertanian atau produk pertanian yang nilai ekonomisnya rendah serta berasal dari hasil pertanian budidaya tanaman pekarangan (hortikultura) yang dapat diambil dengan mudah. Dilihat dari proses produksinya juga relatif sederhana dan murah.

2. POTENSI

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dari beberapa jenis tanaman tersebut ada jenis tanaman yang potensial dikembangkan kerena karakteristik yang dimilikinya, diantaranya adalah :

a. Kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jack) merupakan jenis tumbuhan monokotil, dimana kandungan sabutnya (mesocarps) berakumulasi minyak. Pabrik-pabrik biodisel skala komersial yang sekarang sudah beroperasi di tanah air menggunakan CPO dari kelapa sawit sebagai bahan bakunya. Faktor ketersediaan menjadi alasan utama kenapa digunakannya CPO.

Dalam proses produksi CPO, 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) menghasilkan 200 kg CPO, limbah padat Tandan Kosong Kelapa sawit (TKKS) 250 kg dan 0,5 m3 LCPKS. Ini dihitung dari neraca PKS, Jika dihitung dengan cara ini, maka diperkirakan jumlah TKKS tahun 2006 adalah sebanyak 20.75 juta ton. Misalkan kadar air TKKS ini adalah 50%, maka jumlah TKKS kering (OD) kira-kira 10.375 juta ton.

Kandungan TKKS adalah 45.80% selulosa dan 26.00% hemiselulosa. Kembali ke perhitungan menurut Badger (2002) maka potensi bioetanol adalah sebesar 2,000 juta Liter. Jumlah yang tidak sedikit dan setara dengan 1446.984 liter bensin.

b. Jarak pagar (Jathropa curcas linneaus).

Tanaman ini tergolong tanaman yang nakal karena dapat dengan mudah beradaptasi pada berbagai cuaca dan tidak membutuhkan banyak air serta pupuk. Usia panen tanaman ini adalah enam hingga delapan bulan, namun hasil buah yang optimal baru dapat dinikmati pada usia lima tahun. Bagian yang diambil dari jarak pagar adalah biji dan kulit (karnel) buahnya, dengan kandungan minyak masing-masing sebesar 33 persen dan 50 persen. Setiap satu hektar lahan dapat ditanami dengan 2.500 jarak pagar dan diperkirakan mampu menghasilkan biodisel sekitar 1,7 kilo liter biodisel pertahun.

Rekayasa bioteknologi memungkinkan kita untuk menghasilkan bibit jarak pagar yang memiliki kemampuan menyerap unsur hara, terutama fosfor dan nitrogen serta mikronutrien (Zn, Mo, Fe dan Cu) lebih baik. Selain itu, bibit tanaman tersebut akan memiliki peningkatan ketahanan terhadap kekeringan, serangan patogen akar dan meningkat produktivitasnya.

c. Tetes Tebu ( Molase )

Molase atau tetes tebu mengandung kurang lebih 60% sellulosa dan 35,5% hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi ethanol. Potensi produksi molase ini per ha kurang lebih 10 – 15 ton, Jika seluruh molase per ha ini diolah menjadi ethanol (fuel grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih 766 hingga 1,148 liter/ha FGE (perhitungan ada di lampiran).

Produksi bioetanol berbahan baku molase layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 24%. Jumlah itu lebih menguntungkan daripada menyimpan dana di bank dengan tingkat bungan bank Indonesia per 6 Desember 2007 sebesar 8%. Investasi yang ditanamkan untuk produksi bioetanol berbahan baku molase ini sangat “ menjanjikan ”.

d. Sorgum

Sorgum yang selama ini dikenal sebagai bahan pangan juga berprospek menjadi bahan bioetanol. Rendemen sorgum biji jauh lebih tinggi, kata Dr M Arif Yudianto, kepala bidang Teknologi Etanol dan Derivatif B2TP. Alumnus Tokyo University of Agriculture & Technology itu menggambarkan 2,5 kg sorgum kawali dapat menjadi seliter bioetanol. Itu artinya rendemen Sorghum bicolor 40%.

Tingginya nilai pati mendorong Balai Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mencetak sorgum dengan kadar gula tinggi. Tetua yang dipakai adalah durra asal ICRISAT India. 'Sorgum itu kemudian diinduksi sinar gamma. Nantinya ia akan memiliki sifat tahan kekeringan, tahan serangan penyakit, dan menelan biaya produksi rendah,' kata Dr Soeranto Hoeman, peneliti BATAN.

Sejak diuji multilokasi pada 2001 di daerah kering seperti Gunungkidul, Yogyakarta, diperoleh sorgum unggulan bahan bioetanol: sweet sorgum. Sorgum dengan kode B-100 itu cukup istimewa karena memiliki kadar briks 17. Jumlah itu mendekati tebu gula dengan kadar briks 190. 'Batangnya mengandung jus yang kalau diperas seperti tebu,' tambah Soeranto. Dari 15 kg batang sorgum dihasilkan 1 liter bioetanol.

e. Jerami Padi

Jerami padi mengandung kurang lebih 39% sellulosa dan 27,5% hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi ethanol. Potensi produksi jerami padi per ha kurang lebih 10 – 15 ton, jerami basah dengan kadar air kurang lebih 60%. Jika seluruh jerami per ha ini diolah menjadi ethanol (fuel grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih 766 hingga 1,148 liter/ha FGE (perhitungan ada di lampiran). Dengan asumsi harga ethanol fuel grade sekarang adalah Rp. 5500,- (harga dari pertamina), maka nilai ekonominya kurang lebih Rp. 4,210,765 hingga 6,316,148 /ha.

Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia adalah 11.9 juta ha. Artinya, potensi jerami padinya kurang lebih adalah 119 juta ton. Apabila seluruh jerami ini diolah menjadi ethanol maka akan diperoleh sekitar 9,1 milyar liter ethanol (FGE) dengan nilai ekonomi Rp. 50,1 trilyun. Jika dihitung-hitung ethanol dari jerami sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional.

Komponen

Kandungan (%)

Hemiselulosa

27(+/- 0.5)

Selulosa

39(+/- 1)

Lignin

12(+/- 0.5)

Abu

11(+/- 0.5)

Potensi etanol dari jerami padi menurut Kim and Dale (2004) adalah sebesar 0.28 L/kg jerami. Sedangkan kalau dihitung dengan cara Badger (2002) adalah sebesar 0.20L/kg jerami. Nah, dari data ini bisa diperkirakan berapa potensi etanol dari jerami padi di Indonesia, yaitu:

Jerami

Kim and Dale (2004)

Badger (2002)

54,700

15,316 juta liter

10,940 juta liter

82,050

22,974 juta liter

16,410 juta liter

Kita ambil data yang ‘pesimis’ yaitu cara Badger (2002), jumlah etanol tersebut dapat menggantikan bensin sejumlah: 7,915 - 11,874 juta liter. Cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional selama satu tahun.

vKarakteristik Lignoselulosa Sebagai Bahan Baku Bioetanol

Biomassa lignoselulosa sebagian besar terdiri dari campuran polymer karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa), lignin, ekstraktif, dan abu. Kadang-kadang disebutkan holoselulosa, istilah ini digunakan untuk menyebutkan total karbohidrat yang dikandung di dalam biomassa dan meliputi selulosa dan hemiselulosa.

Selulosa

Selulosa adalah polymer glukosa (hanya glukosa) yang tidak bercabang. Bentuk polymer ini memungkinkan selulosa saling menumpuk/terikat menjadi bentuk serat yang sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan di dalam polymer, disebut dengan derajat polymerisasi. Derajat polymerase selulosa tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 2000 – 27000 unit glucan. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim. Selanjutnya glukosa yang dihasilkan dapat difermentasi menjadi etanol.

Source: http://www.scientificpsychic.com/fitness/carbohydrates.html

Source: http://www.lsbu.ac.uk/water/hycel.html

Hemiselulosa

Hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polymer gula. Namun, berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun dari glukosa, hemiselulosa tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa terdiri dari monomer gula berkarbon 5 (C-5) dan 6 (C-6), misalnya: xylosa, mannose, glukosa, galaktosa, arabinosa, dan sejumlah kecil rhamnosa, asam glukoroat, asam metal glukoronat, dan asam galaturonat. Xylosa adalah salah satu gula C-5 dan merupakan gula terbanyak kedua di di biosfer setelah glukosa. Kandungan hemiselulosa di dalam biomassa lignoselulosa berkisar antara 11% hinga 37 % (berat kering biomassa). Hemiselulosa lebih mudah dihidrolisis daripada selulosa, tetapi gula C-5 lebih sulit difermentasi menjadi etanol daripada gula C-6.

Gambar hemiselulosa

Lignin

Lignin adalah molekul komplek yang tersusun dari unit phenylphropane yang terikat di dalam struktur tiga dimensi. Lignin adalah material yang paling kuat di dalam biomassa. Lignin sangat resisten terhadap degradasi, baik secara biologi, enzimatis, maupun kimia. Karena kandungan karbon yang relative tinggi dibandingkan dengan selulosa dan hemiselulosa, lignin memiliki kandungan energi yang tinggi.

Glukosa

Glukosa (C6H12O6) adalah gula sederhana (monosakarida). Glukosa adalah salah satu produk utama fotosistesis dan merupakan komponen structural pada tanaman. Glukosa merupakan gula C-6 yang memiliki beberapa bentuk, tetapi umumnya digambarkan sebagai cincin karon seperti gambar di bawah ini.

Gambar glukosa

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Glucose

Etanol

Ethanol dapat diproduksi melalui fermentasi glukosa. Umumnya biokonversi glukosa menjadi etanol dilakukan dengan memanfaatkan yeast. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut:

C6H12O6 -> 2CO2 +2C2H5OH + Panas

Pembakaran akan merombak etanol, oksidasi (penambahan oksigen dari udara) hydrogen menghasilkan uap air (H2O), karbon menjadi karbondioksida (CO2) dan melepaskan energi.

Gambar etanol

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/etanol

vKandungan Lignoselulosa & Potensi Etanol Yang Dapat Dihasilkan

Komponen selulosa yang bisa dirombak menjadi etanol adalah hasil hidrolisis selulosa dan hemiselulosa. Data-data di bawah ini dikumpulkan dari beberapa sumber. Potensi produksi etanol dihitung dengan metode yang disampaikan oleh Badger (2002). Kalau ada yang punya data lebih baik dan lebih akurat silahkan dikoreksi.

Secara umum proses produksi ethanol dari lignoselulosa adalah sebagai berikut:

bahan baku -> pretreatment -> hidrolisis -> fermentasi -> distilasi & dehidrasi -> fuel grade ethanol

Magnet Pacu Etanol

Para ilmuwan Brazil menemukan kegunaan gelombang magnetik untuk meningkatkan produksi etanol. Victor Perez dan mahasiswa Universitas Campinas menggunakan gelombang magnet frekuensi rendah untuk memacu jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi gula. Produksi etanol meningkat 17% setelah menggunakan gelombang magnetik frekuensi rendah dalam proses peragian tebu. Selain itu, produksi etanol berlangsung 2 jam lebih cepat daripada metode fermentasi biasa sehingga biaya produksi lebih irit

Pervaporasi

Pervaporasi merupakan proses pemisahan suatu campuran dengan perubahan bentuk dari cair menjadi uap pada sisi membran. Letak perbedaannya, teknik pemisahan berbasis membran ini bekerja berdasarkan mekanisme difusi larutan. Dengan menggunakan metode pervaporasi inilah dipastikan bioetanol yang dihasilkan fuel grade etanol alias sesuai standar mutu bahan bakar yang berkadar etanol 99,8%.

Efektif

Untuk meningkatkan kadar etanol, teknologi membran lebih efektif. Bandingkan dengan cara konvensional berupa destilasi dan dehidrasi. Ketika proses destilasi, bioetanol membentuk azeotrop. Artinya, antara etanol dan air yang terkandung sulit dipisahkan. Destilasi dengan meninggikan kolom sekali pun, air sulit diceraikan dari etanol. Memang masih ada sebuah cara untuk menarik air yaitu dengan menambahkan zat toluen.

Toluen merupakan sebuah pelarut air. Ketika zat itu ditambahkan sesuai dengan kadar air yang terkandung, air akan tertarik. Namun, tetap saja masih ada air tersisa. Celakanya sebagian zat toluen itu juga bercampur dengan bioetanol menjadi kontaminan.

Efisien

Artinya biaya itu jauh lebih murah ketimbang teknologi gamping. Gamping alias kalsium karbonat acap dimanfaatkan sebagai penyerap air untuk mengatrol kadar etanol. Pelaksanaannya memang mudah. Produsen tinggal mencelupkan 1 kg gamping ke dalam wadah berisi 4 liter bioetanol. Sayang, bukan cuma air yang terserap, tetapi juga bioetanol. Kehilangan bioetanol akibat serapan gamping mencapai 30%. Alkohol tak dapat keluar lagi lantaran terikat pada pori-pori gamping.

Jadi secara garis besar, teknologi membran ini mempunyai beberapa keistimewaan seperti menghasilkan bioetanol berkualitas tinggi. Selain itu produsen juga mudah mengoperasikan, ramah lingkungan, dan ukuran alat yang lebih kecil. Satu lagi keistimewaan membran yaitu hemat energi, karena membran hanya membutuhkan energi listrik sebesar 1.000 watt untuk kapasitas 50 liter per hari.

v Pemanfaatan Limbah Bioetanol

Limbah dari proses produksi pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan pupuk organik. Karena berasal dari biomasa, limbah bioetanol baik cair maupun padat mengandung bahan organik yang dibutuhkan tanaman, mengandung unsur makro dan mikro yang diperlukan tanaman.

Limbah Cair

Untuk membuat pupuk, 4 liter limbah cair dicampur dengan 1 liter larutan mineral, 1 kg ampas tebu yang sudah menjadi abu, dan 2 sak alias 100 kg pupuk kandang. Pupuk kandang asal kotoran ternak adalah sumber nitrogen, unsur makro yang paling dibutuhkan tanaman. Limbah bioetanol yang mengandung enzim alfa-amilase berperan mengurai protein dalam kotoran ternak menjadi zat organik yang bisa diserap tanaman. Untuk memperkaya hara, ditambahkan larutan mineral terdiri dari unsur mikro seperti magnesium, besi, mangan, dan boron.

Sedangkan abu ampas tebu mengandung karbon aktif penghambat pertumbuhan cendawan yang kerap menyerang akar tanaman. 'Karbon aktif menyerap aflatoksin yang dihasilkan cendawan sehingga cendawan tidak berkembang. Seluruh bahan itu lantas diaduk sampai rata dengan pengaduk berkekuatan 2 PK alias 1500 watt. Dengan itu, semua bahan tercampur sempurna sehingga bisa langsung ditaburkan di lahan. Sebaiknya pupuk didiamkan semalam dan ditutup plastik agar enzim bekerja sempurna.

Pengaruh pupuk organik dengan campuran limbah singkong. Dibanding Canavalia ensiformis yang hanya dipupuk dengan pupuk kandang biasa, produktivitas kacang kara pedang Made Satria lebih tinggi. Setiap tanaman menghasilkan 10-15 polong, dengan pupuk kandang saja, 5 polong.

Manfaat lain jika pupuk itu dipakai pada penanaman bunga potong dan jagung. Jagung yang ditanam di lahan 2 ha maksimal hanya 1% yang terserang cendawan akar rigidoporus dan sclerotium. Padahal biasanya serangan cendawan akar jagung mencapai 20%. Pada bunga potong, pertumbuhan krisan dan sedap malam lebih cepat 15-20%. Pemakaian pupuk limbah bioetanol pun hemat, hanya 10% dosis pupuk kandang murni.

Limbah Padat

Sementara limbah padat bioetanol dicampur dengan bekatul dan pupuk kandang digunakan sebagai pakan ternak sapi. Hasil penelitian di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, limbah padat kaya kandungan karbohidrat, glukosa, dan serat. Total kalori yang dihasilkan lebih tinggi dibanding onggok ampas tapioka, yang sama-sama dihasilkan dari singkong dan bungkil kedelai. Ragi untuk fermentasi kaya protein. Fermentasi juga membuat protein singkong lebih mudah diubah menjadi daging, Makanya total kalorinya lebih tinggi. Maklum, meski pakan utamanya tanaman hijau, asupan karbohidrat dan glukosa pada sapi membuat pertambahan bobot lebih cepat. Itu lantaran keduanya lebih mudah dikonversi menjadi daging ketimbang selulosa-kandungan utama pakan hijauan. Makanya begitu pakan mengandung limbah padat bioetanol diberikan pada 3 sapi peranakan ongole, bobotnya naik 10% dari 240 kg. Tak melulu sapi, limbah padat bioetanol bisa menjadi alternatif konsentrat buatan pabrik untuk kerbau, kambing, dan ayam.

BAB III

METODOLOGI

3.1 BAHAN BAKU :

Ada 3 kelompok tanaman yang dapat dijadikan bahan baku untuk produksi biethanol yaitu :

- Mengandung Pati, semisal : singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak, malapari, dan nyamplung.

- Bergula, semisal : tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum), tetes tebu (molase), nira aren, nira tebu nira surgum manis, dan

- Serat Selulosa, semisal : batang sorgum, batang pisang, jerami, kayu, dan bagas. Seluruh bahan baku ini semuanya ada di Indonesia

Sumber biomassa lignoselulosa antara lain adalah sebagai berikut:

1. Limbah pertanian/industri pertanian : jerami, tongkol jagung, sisa pangkasan jagung, onggok, dll

2. Limbah perkebunan: TKKS, bagase, sisa pangkasan tabu, kulit buah kakao, kulit buah kopi, dll

3. Limbah kayu dan kehutanan: sisa gergajian, limbah sludge pabrik kertas, dll

4. Sampah organik: sampah rumah tangga, sampah pasar, dll

3.2 PERALATAN DAN PROSEDUR PRODUKSI

Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian. Dimana terdiri dari tangki penampungan, tangki evaporator, tangki pendingin, dan tangki destilator. Untuk mendapatkan bioetanol 90%, mesin berkapasitas 100 liter ini mampu menghasilkan 32,5-35 liter bioetanol dalam waktu 4 jam.

Peralatan :

Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:

- Peralatan penggilingan

- Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi

- External Heat Exchanger

- Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators)

- Tangki Penampung Bubur

- Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor

- Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol

- Boiler, termasuk system feed water dan softener

- Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting

- Tangki penyimpan air hangat, termasuk pompa dan pneumatik

- Pompa Utilitas, Kompresor dan kontrol

- Perpipaan dan Electrikal

- Peralatan Laboratorium

- Lain-lain, termasuk alat-alat maintenance


Proses Produksi Rahasial Perusahaan

v Mesin Destilator

v Termometer


vPipa Pengatrol Kadar Ethanol



BAB IV

RINCIAN KEUANGAN

BAHAN BAKU MOLASE

No

Jenis Biaya

Jumlah

Harga Satuan

Total

Biaya investasi

1

Mesin pengolah bioetanol

1 paket

Rp 100.000.000/paket

Rp 100.000.000

2

Zeolit local

2 X 47 kg

Rp 1.500/kg

Rp 141.000

Total biaya investasi

Rp 100.141.000

Biaya produksi

1

Molase

280 kg

Rp 700/kg

Rp 196.000

2

Ragi

310 g

Rp 75.000/kg

Rp 23.250

3

Urea

161 g

Rp 2.000/kg

Rp 322

4

NPK

80 g

Rp 3.500/kg

Rp 280

5

Biomassa

1 m3

Rp 10.000/m3

Rp 10.000

6

Listrik

5 kwh

Rp 650/kwh

Rp 3.250

7

Tenaga kerja operator

2 orang

Rp 20.000/orang/hari

Rp 40.000

9

Biaya penyusutan zeolit lokal



Rp 141

Total biaya produksi perhari

Rp 273.243

Biaya produksi per liter

Rp 3.903,5

Pendapatan perhari 70 liter x Rp 10.000 per liter

Rp 700.000

Laba perhari

Rp 426.757

R/C ratio

2,561

Net B/C ratio

61 %

Payback period

0,98

Laba Bersih perbulan = Laba per hari x 30 hari

= Rp 426.757 x 30

= Rp 12.802.710 / 2100 Liter

= atau Rp 6.096,5 / Liter

Produksi bioetanol berbahan baku molase ini layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 61 %. Jumlah itu lebih menguntungkan daripada menyimpan dana di bank dengan tingkat bungan bank Indonesia per 6 Desember 2007 sebesar 8%. Investasi yang ditanamkan untuk produksi bioetanol berbahan baku molase ini kembali setelah kurang lebih 11 bulan.

BAHAN BAKU SINGKONG

No

Jenis Biaya

Jumlah

Harga Satuan

Total

Biaya investasi

1

Mesin pengolah bioetanol

1 paket

Rp 150.000.000/paket

Rp 150.000.000

2

Zeolit local

2 X 47 kg

Rp 1..500/kg

Rp 141.000

Total biaya investasi

Rp 150.141.000

Biaya produksi

1

Bahan baku singkong

455 kg

Rp 300/kg

Rp 136.500

2

Enzim alfa amilase

135 g

Rp 71.000/kg

Rp 9.585

3

Enzim beta amilase

81 g

Rp 77.000/kg

Rp 6.237

4

Ragi

310 g

Rp 75.000/kg

Rp 23.250

5

Urea

161 g

Rp 2.000/kg

Rp 322

6

NPK

80 g

Rp 3.500/kg

Rp 280

7

Biomassa

2 m3

Rp 10.000/m3

Rp 20.000

10

Tenaga kerja operator

3 orang

Rp 20.000/orang/hari

Rp 60.000

12

Biaya penyusutan zeolit lokal

Rp 141

Total biaya produksi perhari

Rp 256.315

Biaya produksi per liter

Rp 3.661,6

Pendapatan perhari 70 liter x Rp 10.000 per liter

Rp 700.000

Laba perhari

Rp 443.685

R/C ratio

2,73

Net B/C ratio

63,4%

Payback period

0,94

Laba Bersih perbulan = Laba per hari x 30 hari

= Rp 443.685 x 30

= Rp 13.310.550 / 2100 Liter

= Atau Rp 6.338,4 / Liter

Produksi bioetanol berbahan baku singkong layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 63,4 %. Jumlah itu lebih menguntungkan daripada menyimpan dana di bank dengan tingkat bungan bank Indonesia per 6 Desember 2007 sebesar 8%. Investasi yang ditanamkan untuk produksi bioetanol berbahan baku singkong ini kembali setelah kurang lebih 11 bulan produksi.

BAHAN BAKU LIMBAH KELAPA SAWIT

No

Jenis Biaya

Jumlah

Harga Satuan

Total

Biaya investasi

1

Mesin pengolah bioetanol

1 paket

Rp 150.000.000/paket

Rp 150.000.000

2

Zeolit local

2 X 47 kg

Rp 1..500/kg

Rp 141.000

Total biaya investasi

Rp 150.141.000

Biaya produksi

1

Bahan baku limbah klp sawit

455 kg

Rp 150/kg

Rp 68.250

2

Enzim alfa amilase

135 g

Rp 71.000/kg

Rp 9.585

3

Enzim beta amilase

81 g

Rp 77.000/kg

Rp 6.237

2

Ragi

310 g

Rp 75.000/kg

Rp 23.250

3

Urea

161 g

Rp 2.000/kg

Rp 322

4

NPK

80 g

Rp 3.500/kg

Rp 280

5

Biomassa

1 m3

Rp 10.000/m3

Rp 10.000

7

Tenaga kerja operator

3 orang

Rp 20.000/orang/hari

Rp 60.000

9

Biaya penyusutan zeolit lokal

Rp 141

Total biaya produksi perhari

Rp 178.065

Biaya produksi per liter

Rp 2.543.8

Pendapatan perhari 70 liter x Rp 10.000 per liter

Rp 700.000

Laba perhari

Rp 521.935

R/C ratio

3,93

Net B/C ratio

75 %

Payback period

0,79

Laba Bersih perbulan = Laba per hari x 30 hari

= Rp 521.935 x 30

= Rp 15.658.050 / 2100 Liter

= Atau Rp 7.456,2 / Liter

Produksi bioetanol berbahan baku limbah kelapa sawit layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 75 %. Jumlah itu lebih menguntungkan daripada menyimpan dana di bank dengan tingkat bungan bank Indonesia per 6 Desember 2007 sebesar 8%. Investasi yang ditanamkan untuk produksi bioetanol berbahan baku limbah kelapa sawit ini kembali setelah 9 bulan.

Asumsi untuk keseluruhan bahan baku :

1. Lahan yang digunakan untuk produksi adalah milik sendiri bukan sewaan.

2. Umur ekonomis mesin produksi bioetanol 10 tahun.

3. Umur ekonomis zeolid local 500 kali pemakaian setara 500 hari.

4. Jam kerja produksi 8 jam perhari.

5. Harga jual bioetanol berkadar 99 % adalah Rp 10.000 perliter.

6. Tingkat suku bunga bank Indonesia saat perhitungan 8%.

7. Kapasitas produksi 70 liter perhari.

8. Bioetanol yang dihasilkan dari proses produksi berkadar 99,8 %.


BAB V KESIMPULAN


Bioetanol adalah bahan bakar alternatif masa depan yang ramah lingkungan dan bersifat renewable


Pengembangan biodiesel dalam negeri terutama ditujukan untuk mengatasi polusi yang diakibatkan oleh emisi yang dikeluarkan oleh bahan bakar petroleum atau bensin.


Terlaksananya pengembangan biodiesel sangat ditentukan oleh komitmen dan dukungan pemerintah, melalui kewenangannya dalam regulasi


Pengurangan pemborosan devisa negara karena pengurangan impor minyak mentah.

Menyediakan lapangan kerja bar

Meningkatkan permintaan dalam negeri untuk CPO, perbaikan harga CPO, yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada perbaikan pendapatan petani atau pekebun
Penurunan anggaran pemerintah untuk subsidi kesehatan golongan masyarakat ekonomi lemah (mayoritas korban emisi tinggi petrodiesel)

Perbandingan 1 Liter bioethanol = 2 Liter bensin dan pembakarannya pun sempurna serta tidak mudah menguap seperti bensin.

Pemakaian bioethanol tidak perlu mengganti mesin "apabila anda memakai bioethanol berkadar 100%" dan tidak merusak mesin kendaraan anda.

Bioethanol adalah alternatif BBM yang saat ini telah dipakai di beberapa negara lainnya.


Negara kita sangat bagus untuk produksi bioethanol, karena kita tidak akan kekurang bahan dan kita dapat merubah limbah industri menjadi Energi baru



Jika anda berminat Menjadi Investor dan mau Mendanai Project ini,

Jika anda berminat membuat mesin industri , kami siap menerima pesanan
Maaf Kami tidak melayani Pembelian Product Apapun.

Kami membutuhkan Investor segera: no.rek. BCA 6720292945

yhunterxhunterz@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar